Vahabbah Jannah

PROLOG

  Seorang anak tak jarang menjadi korban dari keluarga, terutama anak perempuan. Apa yang terjadi jika seorang anak menjadi korban bahkan menyangkut hukum?
  Entahlah, semua yang kurasakan terasa sangat singkat. Hingga kini otak dan hati terus berkeliling menjelajah arah yang tak jelas tujuannya.

  Akan kuberi tahu kisah Ratu dan Raja yang tak pernah tercatat sebagai cinta suci.
  
  Akan kuberi tahu kisah Gadis dan Pangeran yang sudah jelas tercantum pada takdirNya.

***

Bagian I

Perbedaan

  Hujan turun tak begitu lebat, sangat menyenangkan bagiku untuk diam di depan gedung kamar menatap dan mendengar suara hujan bernyanyi hingga berhenti. sayangnya aku berhalangan, Jika saja tidak mungkin salat ashar kali ini sungguh nikmat, apalagi doa ketika hujan itu mustajab. Tetapi, doa bisa dimana saja bukan?
  Tak ada satupun orang yang berlalu lalang, hanya suara hujan dan suara samar dari otakku yang terngingang tanpa keindahan. Kurasa masih tertanam rasa suka dalam diriku yang sangat ku benci kenyataannya. Apalagi dikala Mama membongkar semuanya tanpa berpikir apa yang akan terjadi, aku merasa hilang saat itu, hingga hidupku diubah oleh Abi menjadi lurus dan benar walaupun di hatiku sebenarnya masih ada rasa pahit tak berguna.
  "Kau tidak bilang untuk mengajakku kemari."
Suara itu tak mengejutkanku, malah membuatku senang dia menyusulku dengan satu buku dalam genggaman tangan kanannya.

  "Aku lihat kau sibuk dengan skenario yang kau buat, jadi aku tak ganggu, takut kau marah." ucapku seraya bergeser memberi dia tempat untuk duduk.
  "Lihat!" sahutku lagi saat seseorang tak asing melewati lapangan tengah depan gedung. Dia menggunakan jas hujan biru tua yang tak terlalu besar di tubuhnya.
  "Siapa? Wajahnya tak terlihat jelas" tutur Rachel dengan menyipitkan matanya, begitu juga aku.
  "Dia yang membantuku dalam proses pembuatan data tugas komputer" 
Aku berujar dengan seulas senyum pada wajahku.
  "Sebenarnya tak hanya dia, ada juga Kak Seena yang membantu." lanjutku lagi dengan nada meyakinkan. 
  "Siapa namanya?" 
Sejenak aku terdiam dan berpikir lagi, sudah seminggu lebih aku mengenalnya tapi..
  "Aku tak tahu" Rachel melihatku dengan wajah tak percaya, bertolak belakang dengan wajahku yang tak berdosa. Dia menggelengkan kepalanya dan berbisik-bisik sendiri dengan kata ejekan lalu aku mencubit pinggangnya.
  "Wajar aku tak tahu namanya, tak mungkin aku bertanya kan?" 
  "Tapi dia tahu namamu?"
  "Tahu."

Setelah mulutku mengeluarkan kata itu, tiba-tiba saja dia tersenyum miring dengan tatapan sinis kepadaku lalu berbisik lagi ...

To be continued...




 B

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Wild Devil